Mengenangmu yaa Rasulullah, selalu  saja menyisakan syahdu dan biru di hati. Why? Itu karena rasa rindu yang  membuncah terhadap sosok muliamu. Rasa yang wajar hadir di hati setiap  insan yang mengetahui kisah hidupmu dan mengenal sepak terjang  perjuanganmu. Karena bila tidak, bagaimana rasa rindu itu akan muncul  bila diri tak pernah merasa kenal apalagi dekat terhadap pribadi agungmu  itu?
Jarak hidup denganmu yaa Rasulullah,  terbentang ribuan tahun lamanya. Tapi serasa engkau ada di sini, di hati  ini sangat dekat dengan diri. How come? Itu karena kami berusaha  meneladani akhlakmu dan mengikuti jejak sunnahmu. Rasa rindu itu muncul  adalah buah dari rasa sebelumnya yang telah ada yaitu cinta. Tanpa cinta  tak mungkin seseorang merasa rindu. Dan rasa inilah yang menjadi  pendorong bagi diri untuk mengikuti apa yang menjadi kegemaranmu  sekaligus menjauhi apa yang kau benci.
Rasulullah, nabi terakhir sepanjang  zaman. Mulia akhlakmu menyisakan cerita indah ketika seorang anak yatim  yang menangis di pinggir jalan kau angkat menjadi anak. Kaulah sosok  ayah yang sangat mencintai anak-anaknya dan seorang kakek yang sangat  sayang pada cucu-cucunya. Satu hal lagi, pribadi suami yang sangat baik  memperlakukan para istri-istrinya. Sungguh, teladan yang tak kan pernah  habis tinta menuliskan kemuliaanmu.
Sebagai seorang pemimpin dan nabi, kau  pun tak pernah mementingkan diri sendiri. Bahkan di akhir hayat,  kaumasih saja memikirkan umatmu. “Ummati, ummati,” umatku, umatku.  Ya…umat selalu ada dalam prioritas hidupmu. Bukan kematian yang  ditakutkan, bukan pula sanak keluarga yang dipedulikan, tapi umat yang  kau khawatirkan sepeninggal engkau menghadap-Nya. 
....Mengenangmu yaa Rasulullah, adalah momen mengenang kemuliaan. Saat indah mengenang manisnya perjuangan, mengecap harumnya darah kesyahidan....
Mengenangmu yaa Rasulullah, adalah momen  mengenang kemuliaan. Saat indah mengenang manisnya perjuangan, mengecap  harumnya darah kesyahidan. Mulia ketika dunia adalah ibadah dalam  segenap aspeknya, dan akhirat adalah tujuan sebenarnya dari perjalanan  panjang bernama kehidupan. Mulia dengan kehormatan sebagai seorang  muslim terjaga dan terhindar dari pemimpin zalim dan durjana.
Merindumu yaa Rasulullah, telah menyatu  bersama pembuluh darah demi mengalirkan nutrisi kemuliaan dan kesyahidan  sebagai tapak yang harus dilewati. Engkau sajalah suri-teladan yang tak  kan pernah lekang dimakan zaman. Rindu sungguh penuh harap dapat bersua  denganmu dan kau akui sebagai salah satu umatmu. Rasa rindu itu  seringkali datang bersama dengan rasa takut, khawatir tak bisa berkumpul  denganmu di jannah kelak.
Mengingat diri berlumur dosa, terasa  kecil hati mempunyai mimpi bertemu dengan sosok indahmu itu. Tapi  bukankah telah kau rumuskan sendiri bahwa seseorang itu bersama dengan  yang dicintainya di akhirat kelak. Dan sungguh, saksikanlah bahwa hati  ini begitu cinta denganmu. Bukan hati ini saja yang berikrar atas nama  cinta, tapi perbuatan dan tingkah laku kami juga berupaya meneladani  dirimu. Meskipun tertatih, kami tak pernah jemu untuk terus bangkit dan  meniti jalan yang pernah engkau tempuh sebelumnya. Jalan kemuliaan dalam  kehidupan, dan kesyahidan dalam menjemput ajal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar